Bersahabatlah dengan Ramadan

JelajahPesantren.Com  Ramadan, ritual utamanya adalah puasa sebulan penuh. Karenanya dalam kalender Jawa, Ramadan disebut bulan poso (puasa). Ritual puasa sendiri merupakan bagian dari rukun Islam yang perintahnya termaktub pada QS. Al Baqarah [2] : 183 yang berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.”

Al-Baqarah ayat ke-183 menerangkan, Allah mewajibkan perintah berpuasa kepada orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang beriman akan tunduk dan patuh akan perintah berpuasa dengan sepenuh hati. Selain itu puasa juga dimaksudkan agar seseorang menjadi bertakwa. Dari ayat tersebut, terdapat korelasi antara puasa dengan tanda keimanan seseorang. Allah memberi perintah berpuasa pada orang yang beriman. Hal ini berarti Allah hanya menerima ibadah puasa dari orang yang memiliki iman di dalam jiwanya. Bisa disimpulkan pula bahwa puasa merupakan tanda kesempurnaan keimanan seseorang.

Allah SWT memberikan bimbingan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, agar mereka tetap dalam ketakwaan serta mengharap rida-Nya dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan seyogyanya senantiasa bersama orang-orang yang benar dan jujur, mengikuti ketakwaan, kebenaran dan kejujuran mereka. (At-Taubah [9] : 119). Karenanya diperintahkan berpuasa agar bertakwa.

Menurut al-Naisaburi, takwa menurut Al-Quran memiliki beberapa arti, yaitu: Al-Khasyyah (takut), al-Iman (iman), at-Taubah (taubat), at-Tha’ah (patuh), Tark al-Ma’shiyah (meninggalkan kemaksiatan) dan al-Ikhlas (ikhlas). Sedangkan menurut Imam al-Ghazali, kata takwa dalam al-Quran dipakai dalam tiga arti, yaitu: al-Khasyyah wa al-Haibah (takut), at-tha’ah wal al Ibadah (taat dan beribadah), dan Tanzih al Qulb ‘an al-Dzunub (membersihkan hati dari dosa).

Kembali ke ritual puasa, terma puasa dalam al Quran, al-shaum atau a-shiyam dan yang seakarnya disebut sebanyak 14 kali, yang berarti menahan (mengendalikan) diri dari makan dan minum serta yang membatalkan pada waktu tertentu.

Ibnu Faris seorang pakar bahasa Arab, menyebut al-shaum yang terdiri dari huruf shad, waw, dan mim yang berarti “menahan dan diam pada suatu tempat”. Maka ihwal shaum al-shaim berarti menahan diri dari makanan, minuman, dan semua yang dilarang. Salah satu  Konteks menahan dari ketidakjujuran, puasa betul-betul melatih akan kejujuran. Karena urusannya langsung dengan Allah, pribadi lain tidak tahu seseorang sedang berpuasa atau tidak, kecuali seseorang tersebut dan Allah SWT tentunya. Seseorang boleh berpura-pura, berakting, bersandiwara puasa. Dan pribadi lain bisa jadi menjadi korban pencitraan pura-pura, akting, sandiwara puasa seseorang. Tapi Allah maha tahu sejati puasa seseorang. Berbeda dengan salat, zakat dan haji, secara kasat mata seseorang tidak bisa pura-pura salat, zakat dan haji kalau tidak betul-betul melaksanakan salat, zakat dan haji. Karenanya puasa secara konteks melatih kejujuran seseorang. Ramadan sebagai pertapaan integritas personal.

Hasil survei yang telah dilakukan oleh Transparency International Indonesia (TII) sepanjang Juli-Desember 2012 yang melibatkan 1.012 anak muda usia 16-30 tahun, menunjukkan bahwa 73 persen anak muda menyatakan kejujuran penting dalam menjalankan aktivitas untuk meraih kesuksesan. Hal ini menahbiskan bahwa mayoritas kaum muda mempercayai arti penting sebuah kejujuran dalam berproses menuju jalan sukses.

Ary Ginanjar Agustian dalam buku ESQ-nya berpesan agar melindungi tujuh core values (JUJUR, Tanggung jawab, Disiplin, Kerja sama, Adil, Visioner dan Peduli) melalui ritual puasa, karena dipahami kalau tidak dilindungi akan merusak faktor internal dan eksternal yang berwujud kecurangan, kemalasan dan egoisme.

Karenanya bersahabatlah dengan Ramadan yang di dalam ada ritual puasa satu bulan penuh. Ritual puasanya boleh berakhir seiring ditunaikannya zakat fitrah sebelum pelaksanaan salat ied, tetapi persahabatan dengan Ramadan harus tetap dijaga. Ada hikmat Ramadan yang selalu mengingatkan untuk laku kejujuran. Sehingga seumpama Ramadan berlalu hikmatnya dapat terinternalisasi karena adanya persahabatan. Adanya persahabatan yang mengingatkan akan kebaikan adalah persahabatan yang manfaat dan berkah. Dalam konteks persahabatan dengan Ramadan adalah adanya hikmat kejujuran dan dilarangnya dusta. Kedustaan orang yang sedang berpuasa, membawa puasanya pada ranah puasa lahir saja. Hanya mendapatkan lapar dan haus.

Al-Baihaqi meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebajikan, dan kebajikan itu menuntun kepada surga. Sesungguhnya seseorang akan berlaku jujur sampai ia ditulis disisi Allah sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu menuntun kepada kejahatan, dan kejahatan itu menuntun ke neraka. Sesungguhnya seseorang itu berlaku dusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta” (Muttafaq ‘alaih). Akhir kata, Wallahu a’lamu bi al-shawab.

Ada perjumpaan ada perpisahaan, penghujung Ramadan telah tiba. Artinya saatnya berpisah dengan Ramadan 1438 H kali ini, mengakhiri Ramadan dan menyongsong awal syawal dengan semangat persabahatan yang manfaat dan barokah: mengingatkan pentingnya kejujuran dan core value lainnya untuk memerangi kecurangan (dusta), kemalasan dan egoisme diri. Akhirnya, Wallahu a’lamu bi al-shawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *