Hijau itu Damai

Hijau Itu Damai

JelajahPesantren.Com – Dalam perjalanan beberapa waktu lalu ketika menuju ke kampus, kendaraan saya didahului oleh kendaraan kijang Innova berwarna putih. Bukan jenis kendaraan atau mereknya yang saya bahas di sini. Saya tertarik dengan warna putihnya. Ada apa dengan warna putih? Putih itu warna yang sudah umum. Sehari-hari kita lihat baju seragam anak sekolah, tembok rumah, lantai rumah, bahkan kopyah pak haji. Warna putih juga mengingatkan saya ketika berada di mekkah, hampir seluruh kendaraan berwarna putih, orang-orang berpakaian putih-putih. Kita bahkan malu jika gigi kita tak putih.

Wah, ada apa kok saya bicara warna putih panjang lebar, jangan-jangan saya ingin cinta putih, tidak, saya tidak sedang kondisi puitis. Cukup Anda ketahui kendaraan putih tadi milik perusahaan semen. Ya, perusahaan semen Holcim. Itu yang menggelitik saya, mengapa perusahaan ini menggunakan warna putih untuk kendaraannya, mulai mobil dinasnya sampai mobil molen (pengaduk semen)?

Pertama kali masuk kota Malang saya juga terkejut dengan warna angkot didominasi warna biru. Sehingga saya punya alasan untuk menjual mobil warna biru saya ketika itu, supaya tidak dianggap angkot. Angkot di kota Surabaya, tempat tinggal saya sebelumnya, berwarna-warni. Saya ingat, warna kuning adalah lyn “O”, jurusan Jembatan Merah-Keputih Sukolilo, tumpangan saya ketika menjadi mahasiswa di ITS. Oke, cukuplah bernostalgia sejenak.

Hijau itu Damai
Hijau itu Damai

Jika Anda saya tanya, apa warna bungkus rokok Dji Sam Su? Apa warna dominan logo UIN Maulana Malik Ibrahim Malang? Apa warna bendera negara Indonesia? Tentu Anda menjawabnya dengan mudah. Tetapi jika saya tanya lagi, mengapa harus warna tersebut yang dipilih? Saya pun juga ikut berpikir. Ternyata tidak semudah itu memilih satu warna khusus yang disesuaikan dengan brand kita. Warna adalah perlambang sifat atau karakter yang akan dibangun dan harus menjadi ‘panutan’ bagi seluruh stakeholder perusahaan tersebut.

Empat paragraf di atas pernah saya sampaikan di kelas kewirausahaan (yang saya ampu) sebagai bahan diskusi. Tetapi, catatan ini saya kembangkan ke sebuah pemikiran atau tepatnya pertanyaan, “mengapa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengambil warna hijau?” Coba kita tengok Universitas Negeri Malang, Universitas Brawijaya Malang dan Politeknik Negeri Malang. Mereka memiliki warna yang berbeda. Saya mencoba mencari jawaban sendiri, tetapi saya berharap ada yang meluruskan jawaban tersebut.

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memiliki atap bangunan  (genteng) berwarna hijau, sangat berbeda dengan kebanyakan atap bangunan lain di wilayah kota Malang. Mengapa memilih warna hijau? Saya kira akan banyak yang menjawab “itu warna ciri khas Islam”, benarkah? Ada beberapa hal yang mengganggu pikiran saya, yaitu:

(1) Saya memandang pemilihan warna hijau itu sangat kontras untuk menunjukkan keinginan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang ingin berbeda dengan yang lain, dia ingin menjadi sesuatu hal yang baru.

(2) Ketika berhaji tahun 2006 lalu, saya terkesima dengan warna genteng di setiap jendela yang ada di Masjidil Haram, berwarna hijau persis dengan genteng di kampus ini.

(3) Lambang bangunan keilmuan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang digagas oleh Prof. Imam Suprayogo berbentuk pohon, bukankah pohon itu pasti memiliki daun berwarna hijau? Dan itu mendominasi keseluruhan lambang tersebut.

(4) Saya mencoba memasukkan kata kunci “hijau” ke dalam al-Quran Digital, juga warna-warna yang lain. Hasilnya sungguh luar biasa:

(a) Warna Hijau: Yusuf: 43, 46; Al-Kahfi: 31, Al-Haji: 53; Yaasiin: 80; Ar-Rahman:64, 76; Al-Insan: 21

(b) Warna Hitam: Al-Baqarah: 79, Thaahaa: 102

(c) Warna Merah: Al-Baqarah: 50, Al-A’raaf: 85, 138, 163, An-Nahl: 58, Al-Kahfi: 96, Faathir: 27, Az-Zukhruf: 17, Ad-Dukhaan: 33, Ar-Rahmaan: 37, Al-Insyiqaaq: 16, Al-Falaq: 1

Silakan Anda mencoba warna yang lain. Dimana letak sesuatu yang luar biasa itu: pertama, warna dominan bumi itu hijau (Al-Haj: 63); kedua, warna dominan di surga juga hijau (Ar-Rahman: 64, 76; Al-Insan: 21). Sedangkan warna-warna lain, Anda akan temukan sebagai perlambang/kiasan yang ‘tidak baik’, seperti warna merah  yang melambangkan kejahatan, kemarahan, neraka.

Saya kemudian memandang bahwa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai dua hal: bumi dan surga, bukankah itu dua hal yang menjadi ciri khas kampus ini yaitu mengintegrasi ilmu dunia (bumi) dan ilmu akhirat (surga).

Saya kemudian menyimpulkan: dari segi pemilihan warna saja, kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memilih warna yang sangat tepat. Warna hijau adalah perlambang kemakmuran, keindahan, kesejukan dan tentu saja kedamaian. Mohon koreksi. Ada pendapat lain? Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *