Syahiduz Zaman (Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sedang studi doktoral Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya)

Perubahan dan Kebertahanan Aliran-Aliran Keagamaan Islam di Indonesia: Taktik Penyamaran dan Pengaruhnya

JelajahPesantren.Com – Tidak bisa dipungkiri bahwa aliran-aliran Islam di Indonesia telah mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Aliran-aliran seperti Islam Jamaah, Darul Hadits, LEMKARI, dan LDII tetap bertahan dengan berbagai cara, seperti mengganti nama, bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasional, akademisi, pengusaha, selebritis, dan partai politik yang berkuasa. Penyebaran ajaran ini pun semakin masif dan terstruktur di berbagai daerah.

Ahmadiyah juga mengalami perubahan, meskipun tampak terpecah menjadi sekte-sekte baru, namun pada dasarnya tetap menyatu. Salah satu perubahan yang mereka lakukan adalah memperhalus ajaran dengan tidak mengatakan lagi bahwa Ghulam Ahmad sebagai nabi. Sementara itu, ajaran Syiah berlindung pada pemikiran-pemikiran tasawuf yang kental dan berat, sehingga seolah-olah memiliki pandangan sebagai Islam moderat.

Syahiduz Zaman (Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sedang studi doktoral Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya)
Syahiduz Zaman (Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sedang studi doktoral Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya)

Dari fenomena ini, kita bisa melihat adanya “aliran lokal” dan “aliran impor” yang saling berinteraksi. Apakah kita bisa mengatakan ini sebagai sebuah dikotomi model Pembaharuan Dalam Islam dengan isu lokal atau impor? Saya percaya bahwa perubahan ini sebenarnya lebih kompleks dari sekadar dikotomi tersebut.

Tak dapat dimungkiri, aliran-aliran ini mengadaptasi diri dengan kondisi dan perubahan zaman untuk tetap bertahan dan menjaga pengaruhnya di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kekuatan tersendiri dan strategi yang efektif untuk memengaruhi masyarakat. Namun, perlu kita tanyakan, apakah perubahan ini semata-mata untuk kepentingan aliran tersebut atau juga untuk kebaikan umat Islam secara keseluruhan?

Strategi Baru dalam Penyebaran Aliran Ajaran di Era Digital

Era digital telah memberikan peluang yang sangat besar bagi gerakan-gerakan keagamaan untuk lebih mudah menyebarkan ajaran mereka. Media sosial seperti YouTube, TikTok, Facebook dan Twitter menjadi sarana yang efektif untuk menjangkau generasi muda yang masih polos dan mudah. Ulama-ulama syiah muda, seperti Habib Husein Jafar, memanfaatkan dengan “jeli” media sosial untuk meraih simpati dari kalangan muda. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan keagamaan telah memahami betul pentingnya teknologi dalam penyebaran ajaran mereka.

Namun, perlu diingat bahwa kemudahan dalam menyebarkan ajaran melalui media sosial juga membuka peluang bagi penyebaran informasi yang salah atau menyesatkan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menelaah dan memahami sumber informasi yang kita peroleh. Kita harus bijaksana dalam menggunakan media sosial dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum tentu benar.

Tidak bisa dipungkiri bahwa globalisasi dan kemajuan teknologi memberikan dampak signifikan pada gerakan keagamaan. Mereka yang mampu beradaptasi dan memanfaatkan perubahan ini akan bertahan dan terus berkembang. Di sisi lain, kita sebagai individu juga harus tetap waspada dan kritis dalam menerima informasi, terutama yang berkaitan dengan ajaran keagamaan. Kita harus selalu mengedepankan akal sehat dan keimanan yang kokoh agar tidak terjebak dalam pemikiran yang meragukan dan menyesatkan.

Dalam konteks ini, perlu adanya keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran keagamaan. Kita harus memanfaatkan teknologi secara bijaksana dan kritis, serta terus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kita tentang ajaran keagamaan yang benar. Hanya dengan cara ini kita dapat menjaga keimanan yang kokoh dan menghindari perangkap penyebaran informasi yang salah atau menyesatkan.

Selain itu, pemerintah dan lembaga keagamaan juga memiliki peran penting dalam mengawasi dan mengendalikan penyebaran ajaran yang menyimpang melalui media sosial. Melalui kerjasama yang erat antara pemerintah, lembaga keagamaan, dan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menjaga keutuhan ajaran keagamaan yang sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai yang dipegang teguh.

Dalam era digital ini, kita perlu menyadari bahwa perubahan adalah hal yang tak terhindarkan. Organisasi dan aliran keagamaan harus terus berinovasi dan beradaptasi agar tetap relevan di tengah perubahan yang terjadi. Namun, kita juga harus menjaga nilai-nilai dan prinsip keagamaan yang telah ada, serta melindungi generasi muda dari pengaruh negatif yang bisa timbul akibat penyebaran ajaran yang menyimpang.

Kesimpulan

Sebagai umat beragama, kita perlu terus memperkuat keimanan dan pemahaman kita tentang ajaran yang benar. Hal ini penting agar kita dapat menjadi individu yang bijaksana dan kritis dalam menghadapi berbagai informasi yang ditemui di dunia maya. Kita perlu saling mengingatkan satu sama lain tentang pentingnya menjaga keimanan dan kebenaran ajaran di tengah derasnya arus informasi di era digital.

Sebagai umat beragama yang meyakini bahwa dunia masih panjang dan kiamat masih jauh, kita perlu bijak dalam menyikapi perubahan ini. Kita harus memahami bahwa perubahan adalah hal yang tak terhindarkan dan terus berlanjut. Namun, kita juga perlu waspada terhadap perubahan yang mungkin membawa dampak negatif bagi ajaran Islam itu sendiri.

Semoga kita diberi kebijaksanaan untuk membedakan antara perubahan yang baik dan buruk serta mampu menjaga keutuhan ajaran Islam di tengah perubahan zaman yang semakin kompleks. Wallahu a’lam bish-shawabi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *