Kesombongan yang Terselubung

JelajahPesantren.Com – Seorang pria yang sedang bertamu di rumah seorang Kyai tertegun heran, ketika melihat Sang Kyai sedang sibuk bekerja sendiri mengepel lantai rumahnya sampai mengkilap.

Pria itu bertanya,” Apa yang sedang engkau lakukan Pak Kyai …? Mengapa bukan para santri saja yang engkau perintahkan untuk mengepel lantai rumah Anda ? ”

Pak Kyai itu menjawab sambil tersenyum, dan berujar, “Kemarin saya kedatangan tamu yang meminta nasehat.

Saya berikan banyak nasehat yang InsyaAllah bermanfaat.

Namun, setelah tamu itu pulang di dalam hati saya terbersit penilaian bahwa saya ini orang hebat dan dibutuhkan banyak orang.

Kemudian pak Kyai melanjutkan penjelasannya, “Kesombongan saya pun mulai muncul. Oleh karena itu, saya lakukan  pekerjaan ini untuk membunuh perasaan sombong itu.”

Sombong adalah Penyakit Hati yang sering menghinggapi kita semua.

Siapa saja dan apapun statusnya, orang awam atau tokoh masyarakat bisa juga dihinggapi penyakit sombong ini.

Bahkan di kalangan para Kyai, Muballigh, serta Habaib,  benih-benih kesombongan bisa muncul tanpa mereka sadari.

Beberapa tingkatan sombong:

Ditingkat ke-1:  Sombong disebabkan oleh Faktor materi, di mana kita merasa :

~ Lebih kaya, ~ Lebih berkuasa, ~ Lebih tinggi jabatan, ~ Lebih rupawan dan ~ Lebih terhormat daripada orang lain..

Ditingkat ke-2 : Sombong disebabkan oleh Faktor kecerdasan, pkita merasa :

~ Lebih rajin, ~ Lebih pintar, ~ Lebih kompeten, ~ Lebih berpengalaman, ~ Lebih berwawasan dibandingkan dengan orang lain.

Ditingkat ke-3 : Sombong disebabkan oleh Faktor kebaikan, kita sering menganggap diri kita :

~ Lebih bermoral, ~ Lebih pemurah, ~ Lebih banyak amalnya, ~ Lebih semangat berjuang dan beribadah, ~ Lebih banyak kontribusinya untuk umat, ~ Lebih besar dari orang lain berdasarkan apa yang sudah dicapai, seraya meremehkan orang lain dengan menganggapnya orang kecil, ~ Lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya.

Sombong karena materi mudah terlihat. Namun, sombong karena kecerdasan, apalagi sombomg karena kebaikan, sulit dilihat.

Karena, … Seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Cobalah setiap hari kita melakukan Intropeksi diri.  Kadang kita butuh orang lain untuk membantu mengintrospeksi diri. Kita juga membutuhkan kritikan dan masukan dari orang lain.

Mari kita sadari bahwa setiap hal yang baik, yang bisa kita lakukan itu semua adalah karena izin dan pertolonganNya saja. Maka hendaklah kita banyak bersyukur kepada-Nya. Semua itu tidak lain adalah anugerah-NYA.

Kesombongan hanyalah akan membawa kita pada kehinaan diri dan kejatuhan yang mendalam.

Tetaplah bersabar dan rendah hati.  Karena ketika lahir, dua tangan kita kosong, ketika meninggal kedua tangan kita juga kosong.

Waktu datang kita tidak membawa apa-apa, waktu pergi kita juga tidak membawa apapun.

Jangan sombong karena kaya dan memiliki kedudukan, jangan minder karena miskin dan rendah, bukankah kita semua hanyalah tamu di dunia ini, pada waktunya nanti kita akan pulang ke akhirat, dan semua milik kita hanyalah titipan dari Allah Swt yang sewaktu-waktu  diambilNya.

Tetaplah rendah hati seberapapun tinggi kedudukan kita. Hanya satu kepunyaan kita yang bukan pinjaman, yang akan kita bawa kemana pun kita pergi, yaitu Iman dan amal.

Tidak akan menjadi orang besar jika dalam hati selalu menganggap kecil orang lain. Kita sama-sama saling belajar merendahkan hati, tetapi tidak merendahkan diri.

Allah Swt berfirman : “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena Sombong dan janganlah berjalan di muka bumi dengan Angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang Sombong dan membanggakan diri.” (QS. Lukman [31]: 18).

Jangan pernah lelah untuk selalu belajar menjadi orang yang baik, tiada pernah berhenti untuk berbuat kebajikan, serta tidak pernah jenuh untuk senantiasa menebar benih kasih sayang kepada sesama.

Marilah kita saling nasehat menasehati dalam ketaqwaan dan kesabaran, serta berbagi ilmu pengetahuan. Semoga semua ikhtiar kita bisa bermanfaat dan mampu menginspirasi bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin, Istajib Du’aanaa Yaa Mujibas Saa’iliin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *