Syahiduz Zaman (Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sedang studi doktoral Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya)

Eksistensialisme dan Ajaran Islam: Refleksi Kebebasan Individu dan Tanggung Jawab dalam Kehidupan

JelajahPesantren.Com–Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan pentingnya kebebasan individu dalam menentukan bagaimana seseorang harus menjalani hidup mereka dan apa keyakinan inti mereka seharusnya. Pemikiran para filsuf terkenal seperti Søren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Jean-Paul Sartre, dan Albert Camus menjadi dasar yang kokoh bagi aliran filsafat ini. Sedangkan Islam adalah agama monoteistik yang luar biasa yang menawarkan ajaran moral dan hukum yang berharga yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Ajaran moral dan hukum ini menempatkan Islam sebagai agama yang lebih adil dan damai. Baik Islam maupun eksistensialisme adalah cara berbeda dalam memandang kehidupan, namun keduanya saling memperkaya dan berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang apa artinya menjadi manusia.

Syahiduz Zaman (Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sedang studi doktoral Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya)
Syahiduz Zaman (Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sedang studi doktoral Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya)

Pertama, eksistensialisme menempatkan penekanan utama pada kebebasan individu untuk merumuskan tujuan dan sasaran pribadi mereka sendiri dalam hidup. Aliran ini mengilhami individu untuk mengambil tanggung jawab pribadi atas perumusan dan pembentukan makna yang mereka berikan pada kehidupan mereka. Ide kebebasan, yang positif dan memberdayakan, berfungsi sebagai fokus utama dari pemikiran ini. Sungguh luar biasa bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih, kemampuan untuk mengekspresikan diri, dan kemampuan untuk membuat pilihan yang akan memengaruhi jalan hidup mereka.

Menurut ajaran Islam, setiap kehidupan manusia memiliki tujuan penting yang telah ditentukan sebelumnya oleh Allah SWT, dan tujuan itu adalah untuk beribadah kepada-Nya dan menjalani kehidupan yang baik dan tunduk pada kehendak-Nya. Kemampuan individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri adalah sesuatu yang diakui dan dihargai oleh Islam. Pernyataan “tidak ada paksaan dalam beragama” (Q.S. Al-Baqarah: 256) yang terdapat dalam Al-Quran memberikan bukti bahwa manusia bebas memilih keyakinan dan jalan hidup apa saja yang dianggapnya sesuai dengan dirinya.

Kedua, penting untuk diperhatikan bahwa eksistensialisme dan Islam sama-sama memberikan bobot yang signifikan pada tingkat tanggung jawab individu dalam semua aspek kehidupan. Eksistensialisme memandang kebebasan individu bergantung pada kesediaan individu untuk menerima tanggung jawab penuh atas keberadaannya sendiri. Sadar bahwa kita memiliki pengendalian terhadap keputusan dan tindakan kita serta siap untuk bertanggung jawab atas hasil yang terjadi dari tindakan tersebut adalah suatu bentuk pemberdayaan diri. Penganut aliran pemikiran ini mendorong orang untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka dan tidak bergantung pada doktrin atau otoritas kelompok lain.

Gagasan kewajiban individu untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka diberi bobot yang signifikan dalam Islam. Sungguh luar biasa bahwa manusia telah diberi tugas yang begitu signifikan sebagai khalifah di bumi, yaitu menegakkan moralitas dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari sambil juga memastikan bahwa alam tetap dalam keadaan seimbang. “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan khalifah di muka bumi” (Q.S. Al-Baqarah: 30). Selain itu, Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat, setiap orang akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pahala atas perbuatan baik yang mereka lakukan selama mereka hidup di dunia ini. Sisi positifnya adalah bahwa pandangan Islam terhadap dunia memberikan penekanan yang signifikan pada gagasan tanggung jawab individu. “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya” (Q.S. Al-Mudatstsir: 38)

Ketiga, sangat menarik untuk mengamati bagaimana eksistensialisme dan Islam dapat bekerja sama untuk menghadirkan perbedaan sudut pandang dalam pencarian makna dan kebahagiaan. Eksistensialisme berpendapat bahwa setiap orang harus memiliki kebebasan untuk menemukan makna dan tingkat pemenuhan pribadi mereka sendiri. Melalui proses yang mencakup introspeksi, kreativitas, dan pengembangan sebagai individu, setiap orang memiliki potensi untuk menemukan jalan mereka sendiri menuju kesenangan.

Islam menawarkan strategi terstruktur untuk mencapai kebahagiaan dengan menekankan pentingnya menaati Allah SWT, menjalani kehidupan yang layak, dan menunjukkan kasih sayang kepada orang lain. Menurut sudut pandang ini, seseorang dapat menemukan kepuasan dalam hidup dengan menyerahkan kehendaknya pada kehendak Tuhan dan menjalani kehidupan yang bermakna yang memiliki pengaruh konstruktif pada umat manusia. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. An-Nahl: 90)

Terlepas dari kenyataan bahwa keduanya tampak berlawanan dalam beberapa hal, eksistensialisme dan Islam memiliki potensi untuk saling melengkapi dalam pandangan hidup kita. Eksistensialisme memotivasi kita untuk menjalani kehidupan yang sejati dengan menyatakan bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengendalikan takdir kita sendiri dan menghasilkan makna bergantung pada prinsip yang kita junjung tinggi. Sisi baiknya, ajaran Islam memberikan kerangka moral yang kuat yang membantu kita dalam menjalani kehidupan yang terarah, berbudi luhur dan berbuat baik untuk kepentingan orang lain.

Eksistensialisme dan Islam dapat dipertimbangkan sebagai dua hal yang saling melengkapi seperti sisi yang berbeda dari mata uang yang sama. Keduanya menawarkan sudut pandang yang berbeda dan berlimpah tentang kehidupan manusia, dengan penekanan pada hak individu atas kebebasan dan tanggung jawab serta pengejaran kebahagiaan. Ketika kita menggabungkan ide-ide yang berasal dari dua aliran pemikiran ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kondisi manusia dan mengungkap jalan menuju kehidupan yang bermakna dan memuaskan.

Kesimpulan

Sungguh menakjubkan melihat bagaimana filosofi eksistensialis dan ajaran Islam memberikan wawasan yang berguna tentang keberadaan manusia, kebebasan individu, dan kewajiban yang harus dipenuhi seseorang dalam hidup. Fakta bahwa mereka masing-masing mengambil pendekatan unik dan memiliki perspektif unik tentang apa arti hidup sebenarnya berkontribusi pada fakta bahwa kita bisa mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang pengalaman manusia. Kita dapat menemukan cara baru untuk menjalani hidup yang lebih tulus, bermakna, dan bertanggung jawab atas tindakan kita jika kita mempelajari lebih dalam konsep yang menjadi dasar dari kedua perspektif ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *