Menjadi Pribadi yang Tabah

JelajahPesantren.Com  –  Hidup ini memiliki potensi penderitaan yang sangat berlimpa. Karena itu, aku berdamai dengannya. – Saneca –

Musibah bisa muncul dalam hidup ini kapan, di mana, dan pada siapa pun. Menyadari hal ini, kita sebagai orang beriman perlu terus mendekat kepada Tuhan yang maha segalanya. Karena hanya dengan mendekat kepada-Nyalah segala ujian dalam hidup ini akan terasa ringan. Hanya dengan selalu mendekat kepada-Nyalah segala cobaan akan bisa kita hadapi dengan kesabaran yang penuh.

Kenapa saya mengistilahkan kesabaran yang penuh? Karena kesabaran itu memang bertingkat. Ada seseorang yang ketika diberi cobaan dalam hidup, lalu ia bersabar namun sesaat kemudian ia mengeluh. Ada pula yang saat menjalani ujian hidup, memiliki kesabaran sejak di awal, namun saat di pertengahan waktu, yang bersangkutan tidak lagi bersabar. Ada pula yang ketika menjalani ujian hidup, bisa bersabar dari permulaan, pertengahan, hingga hampir penghujung sebuah masalah, namun pada akhirnya dia tidak lagi sabar. Kesabaran yang penuh adalah kesabaran dari awal terjadinya masalah, kesabaran di pertengahan, dan kesabaran hingga akhir dari masalah tersebut. Kesabaran yang penuh seperti inilah yang oleh para filsuf dinamakan tabah. Tabah dalam kesabaran yang panjang.

Dalam jargon Tentara Nasional Indonesia (TNI), disebutkan: Tabah Sampai Akhir. Kalimat ini tentunya syah-syah saja untuk memotivasi berbagai kesulitan, tantangan, ancaman, gangguan, serta penderitaan yang sewaktu-waktu bisa datang pada mereka. Namun sebenarnya, kata tabah itu sendiri sudah menunjukkan kesabaran hingga akhir. Jika tidak sampai akhir itu namanya bukan tabah.

Pakar tafsir mengartikan sabar sebagai kemampuan seseorang untuk menahan gejolak hati hingga mendapatkan yang lebih baik atau yang terbaik. Tabah merupakan kesabaran yang sempurna.  Hal baik seperti: kemuliaan, kejayaan, dan indahlah yang akan didapat oleh pribadi-pribadi yang tabah. Kualifikasi manusia berkualitas yang paling utama adalah ketabahannya. Ketabahanlah yang sungguh-sungguh membedakan kualitas manusia pilihan dengan manusia biasa.

Bisa dibayangkan, apa jadinya umpama saat berproses menjalani berbagai kesulitan mencari ilmu, kita tidak diberi ketabahan. Tentu mudah dibayangkan yaitu menjadi manusia goblok. Bisa dibayangkan, bagaimana seorang pedagang yang tidak tabah menghadapi persaingan, perilaku konsumen, dan gejolak pasar. Pedagang seperti itu tidak akan pernah berhasil apa lagi kaya raya. Semua kecemerlangan hidup ini ada bersama tantangan, kesulitan, hambatan, rintangan, rayuan, cobaan, serta penderitaan. Hal ini ditegaskan secara nyata di dalam firman-Nya: Sesungguhnya bersama setiap kesulitan itu ada kemudahan (Al-Quran).

Dalam Islam, teladan dalam ketabahan menjalani kehidupan ini dicontohkan dengan sangat jelas oleh para nabi pilihan yang oleh Allah swt. diberi gelar ulul azmi minarrusul. Para nabi yang mendapat gelar ini, ada lima. yaitu: Nabi Ibrahim, Nabi Isa, Nabi Musa, Nabi Nuh, dan Nabi Muhammad saw.  Sebenarnya, semua nabi pasti merupakan sosok yang tabah dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT walaupun tidak mendapatkan gelar ulul azmi. Sebut saja sosok yang memiliki ketabahan yang luar biasa, dia adalah nabi  yang sangat tabah dalam menjalani kemiskinan dan berbagai penyakit di badannya, yaitu Nabi Ayyub alaihi salam.

Nabi Isa mendapat gelar ulul azmi karena  ketabahannya  dalam menghadapi fitnah yang sangat besar. Beliau dituduh sebagai anak zina. Beliau sangat tabah menanggung penderitaan kaum miskin dan orang-orang yang sakit. Karena semua ini, beliau menyandang gelar ruhulloh. Nabi ini sangat dicintai oleh Allah swt. dan juga oleh para pengikutnya. Bahkan sebagian pengikutnya sampai menuhankannya. Usia beliau tidaklah begitu panjang, namun prestasinya sungguh luar biasa. Beliau hidup pada masa 1 SM – 32 M.

Nabi Ibrahim juga merupakan sosok manusia yang sangat tabah dalam menghadapi berbagai ujian dari Allah SWT. Diperintahkannya kepada beliau untuk berkhitan. Diperintahkan kepada beliau berkurban. Bahkan diperintahkan pula untuk menyembelih putranya. Dengan ketabahannya yang sangat luar biasa Bapak dari semua nabi ini mendapat gelar kholilulloh (kekasih Allah). Nabi Ibrahim juga diberi gelar sebagai Bapak seluruh nabi karena nabi-nabi besar beserta dengan agama-agama besar yang ada di muka bumi ini seluruhnya merupakan keturunan Beliau.

Nabi Musa bin Imron dari keturunan Nabi Ya’kub bin Ishaq – juga mendapat sebutan ulul azmi. Nama beliau paling banyak disebut dalam Al-Quran yaitu hingga mencapai 136 kali. Beliau hidup di antara tahun 1527 SM – 1408 SM Gelar ulul azmi ini diperoleh oleh beliau karena ketabahannya dalam berdakwah melawan Fir’aun yang membesarkannya. Bisa Anda bayangkan, bagaimana seseorang berdakwah pada penguasa yang berjaya dan kejam sementara raja itu juga ayah angkatnya. Beliau sempat menjalani pengembaraan panjang keluar dari negerinya dan menjadi pengembala kambing bersama Nabi Harun as.

Nabi Nuh juga berpredikat sebagai ulul azmi atau manusia yang sangat tabah. Beliau anak orang saleh bernama Mutuisyalkh keturunan Nabi Idris. Beliau hidup antara tahun 3993 SM – 3043 SM di sebuah negeri yang kini disebut dengan Iraq. Dari umurnya yang hampir 1000 tahun tersebut dihabiskan untuk berdakwah dengan hasil tidak lebih dari 200 orang. Penderitaan Nabi Nuh yang sangat besar juga justru datang dari istri dan anaknya sendiri yang bernama Kan’an yang menentang ajaran beliau. Dari kisahnya, kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa untuk membentuk anak saleh, peran ibu, dukungan ibu, kesesuaian pendidikan Ibu dengan syariat Islam sangat besar pengaruhnya.

Ulul Azmi berikutnya adalah Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau juga dikategorikan sosok manusia yang sangat tabah. Sejak kecil bahkan sejak dalam kandungan beliau sudah ditinggal ayahandanya. Pada usia 6 tahun, Ibundanya yang terkasih juga meninggal. Beliau berdakwah dengan kelembutan dan penuh kasih sayang. Namun yang menjadi balasan untuk beliau adalah hinaan, cacian, bahkan lemparan kotoran. Semua itu dijalani oleh Nabi Muhammad Rasulullah SAW dengan penuh ketabahan.

Jika ditelusuri, jejak langkah kehidupan para manusia pilihan tersebut di atas, ada hal yang mendasar yang menjadikan beliau-beliau menjadi orang-orang tabah. Hal mendasar tersebut adalah kedekatannya kepada Allah SWT. Mereka memiliki sandaran vertikal yang sangat kuat, yaitu kepada Allah SWT semata. Mereka menjadi tabah sebab mereka memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua ujian dalam kehidupan ini adalah dari Allah SWT semata. Jika kita ingin meneladani mereka menjadi pribadi yang tabah, maka jalan inilah yang harus kita tempuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *