Pesantren dan Tantangan Global – Bagian 1

JelajahPesantren.Com – Pesantren yang dikenal sebagai institusi pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki karakteristik berbeda dengan institusi pendidikan formal. Pesantren sendiri adalah aset kebudayaan intelektual nusantara yang di angan- angankan oleh pendirinya sebagai pusat pengembangan ilmu dan kebudayaan yang berdimensi religious.Dengan adanya transformasi dan sekaligus akulturasi budaya yang terjadi saat ini yang ditandai dengan berkembangnya iptek ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin menambah wacana dan khazanah bagi pesantren untuk lebih berbenah diri dan mawasdiri dalam upaya memberdayakan peran pesantren untuk menyongsong masa depan.

Penyair dan dramawan, Alm. WS Rendra mengemukakan suatu tesis bahwa salah satu krisis yang cukup memprihatinkan yang terjadi dikalangan umat islam Indonesia adalah bahwa “mereka kurang bersahabat “ dengan ilmu pengetahuan.Situasi demikian memerlukan solusi. Salah satu diantaranya adalah melakukan kajian ulang terhadap sistem pendidikan pesantren (tatanan dan proses belajar mengajar). Karena pendidikan merupakan upaya strategis dalam membentuk karakter/kepribadian manusia. Selain mempertahankan tradisi-tradisi ortodoksi Islam yang juga sering diwakili oleh sebutan tradisi salafus salih tetapi pesantren juga tidak boleh lupa mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik. Dalam kaidah ini sebenarnya mengandung makna tersirat bahwa perkembangan budaya keilmuan yang terus melaju harus didasarkan pada moralitas religius yang kokoh, agar perkembangan budaya keilmuan tersebut tidak hanya digunakan untuk kepentingan sesaat tetapi juga bisa bermanfaat bagi kepentingan dan kemajuan umat.

Kalau kita cermati, isu yang paling mencolok dari globalisasi ialah tidak adanya lagi sebuah wilayah dimuka bumi ini yang terpencil dan terpisah dari yang lainnya, satu sama lain dengan mudah bisa berinteraksi baik secara nyata (fisikal) maupun di dunia maya melalui internet dan sejenisnya. Dari sinilah kemudian bisa kita pertanyakan bagaimanakah pemberdayaan peran pesantren sebagai pendidikan islam dalam menyongsong masa depan dan globalisasi? Bagaimana pesantren mempersiapkan diri untuk menjadi bagian dari sistem budaya dan peradaban global?

Dari uraian diatas, penulis ingin membangkitkan semangat terhadap komunitas pesantren agar dapat melaksanakan proses pendidikan yang integral antara aspek aqliyah,qalbiyah dan amaliyah, berorientasi pada aspek dunia dan akhirat.  Semangat ini dimaknai sebagai upaya pemberdayaan peran pesantren dalam menyongsong masa depan bangsa.

Tulisan ini didasarkan pada kajianpkajian teoritis yang diambil dari sumber-sumber autentik dan juga didasarkan pada pengalaman penulis selama dalam proses pembelajaran di pesantren, semoga tulisan ini bisa membawa implikasi positif bagi pengembangan dan pemberdayaan peran pesantren di tengah-tengah perubahan mind strem atau kerangka pikir masyarakat global.

Menurut Drs. H. Muchtar RM.SH.,M.Ag mengatakan bahwa pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam dan tertua di Indonesia. Pesantren sudah menjadi milik orang Islam setelah melalui proses Islamisasi dalam sejarah perkembangannya.

Menilik sejarah berdirinya pondok dapat dianalisis melalui beberapa pentahapan. Pondok merupakan tempat untuk bertempat tinggal dalam batas waktu tertentu, yang dapat berubah bentuk. Dan pondok pesantren berarti tempat untuk menimba ilmu khusus keagamaan khususnya Islam yang mana ditempat tersebut ada kiai sebagai pemimpin. Sistem pengajarannya lebih bercorak weton dengan sorogan dan santri untuk menghidupi dirinya harus bekerja sendiri baik itu kepada kiai atau orang lain. Sistem yang berkembang dalam pola pondok pesantren adalah bersifat sentralistik-paternalistik di mana komando dan policy berasal dari pimpinan semata. Namun dalam perkembangannya, sitem tersebut mengalami perubahan ataupun modifikasi dimana hal tersebut seiring dengan perkembangan zaman.

Dengan pola kehidupan yang unik,pesantren mampu bertahan selama berabad-abad untuk mempergunakan nilai-nilainya sendiri. Karena itu dalam jangka panjang pesantren berada dalam kedudukan kultural yang relatif lebih kuat dari pada masyarakat disekitarnya. Kedudukan ini dapat dilihat dari kemampuan pesantren untuk melakukan transformasi total dalam sikap masyarakat sekitarnya tanpa harus mengorbankan identitasnya (Abdurrahman Wahid 1988 :44)

Tradisi merupakan suatu kebiasaan atau aturan yang selanjutnya menjadi kebiasaan dalam pondok pesantren,tradisi dibagi menjadi 3  (tiga). Yaitu : (1) Nilai-nilai pesantren, (2) sistem pendidikan pesantren dan (3) materi yang ditanamkan kepada para santri. Tiga tradisi pesantren ini cukup menarik untuk dikaji, hal ini dikarenakan daya tarik dan keunikan tersendiri dalam sistem pendidikan di pesantren.

Nilai dalam pesantren ialah jiwa dan filsafat hidup serta orientasi pendidikan pondok pesantren. Sehubungan dengan nilai ini, pesantren pada umumnya mempunyai apa yang disebut panca jiwa yang selalu mendasari dan mewarnai seluruh kehidupan santri, yaitu : Keikhlasan, Kesederhanaan, Kemandirian, Ukhuwah Islamiyah dan kebebasan.

Ikhlas berarti bersih. Maksudnya bahwa bersihnya sesuatu pekerjaan dari kontaminasi motif-motif yang selain Allah. Kesederhanaan, yang dimaksud adalah melatih santri untuk hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan atau memakai sesuatu, sepert pakaian dan lain sebagainya. Kemandirian, artinya kesanggupan untuk menolong diri sendiri, berusaha untuk dapat berdiri diatas kaki sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Seperti menyuci pakaian, membersihkan kamar, mengambil nasi sendiri, menata dan merapikan pakaiannya sendiri dan lain sebagainya. Kebebasan, berarti kebebasan dalam menentukan masa depan, kebebasan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri serta kebebasan untuk berpendapat. Ukhuwah Islamiyah merupakan persaudaraan yang dibangun atas dasar nilai-nilai luhur Islam. Dalam kehidupan di pesantren para santri di didik agar memiliki rasa persaudaraan sesama muslim dari manapun suku dan bangsanya. Begitu juga rasa persaudaraan yang didasarkan pada nilai- nilai akhlak mulia sebagai implementasi ajaran Islam antara santri dengan santri, santri dengan ustadz, ustadz dengan ustadz serta antara santri, ustadz dan pengasuh pondok pesantren. Dengan demikian hubungan antar unsur dalam pesantren dapat berjalan secara terbuka sehingga kehidupan antara mereka diliputi oleh suasana kebersamaan dan kekeluargaan.

Selain panca jiwa yang harus ditanamkan dan diaplikasikan dalam menjalani kehidupan di pesantren, santri juga memiliki kebiasaan dan himmah yang cukup unik, hal ini diambil dari kata سنتري yang terdiri dari lima huruf arab yang masing-masing mempunyai arti :

س : سالك الي الاخره                orang yang senang dengan akhirat

ن : نا ئب عن المشايخ siap melanjutkan perjuangan guru / ulama’

ت : تا رك عن المعاص orang yang berupaya meninggalkan maksiat

ر : راغب الي الخيرات senang melakukan kebaikan ( amal Sholih )

ي : يحب الدعوى و العباده cinta dakwah dan suka beribadah

Dua hal ini – Panca Jiwa dan Santri – merupakan filosofi hidup santri yang senantiasa dilaksanakan dipesantren. Selain memiliki nilali-nilai sosio cultural yang cukup unik juga memiliki nilai-nilai spiritual yang cukup komplek baik dari aspek hubungan individu maupun sosial dan juga nilai-nilai spiritual yang cukup mendasar seperti halnya menjalankan perintah dan menjauhi larangan-larangan dalam agama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *