KH. Mahmud Zubaidi

KH. Mahmud Zubaidi Sang Muharrik The Khayra Ummah Way

JelajahPesantren.Com – Tepat 1 Juli 2023, Dies Natalis ke-9 Unira (Universitas Islam Raden Rahmat) Malang dirayakan dan serasa istimewa, tidak seperti perayaan sebelum-sebelumnya. Karena diperingati pula Haul ke-5 dan launching buku KH. Mahmud Zubaidi. Seolah ada isomorfistik, antara Unira Malang dengan KH. Mahmud Zubaidi.

Tentu, hal tersebut tidak bermaksud menihilkan peran tokoh lain sebagai muasis Unira Malang. hanya sekadar legasi bahwa Unira Malang dan sosok yang terlahir 1 Juni 1939 di Desa Jambangan Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, peran dan relasionalnya tidak bisa direduksi apalagi dinihilkan.

Karena sosok yang humble ini sangat mahsyur dikenal sebagai salah satu pendiri Yayasan Perguruan Tinggi Islam Raden Rahmat, yang membidani lahirnya Unira Malang dan SMK Cendekia Bangsa Kepanjen serta pendiri PP. Nurul Hikmah Kebongagung.

KH. Mahmud Zubaidi
KH. Mahmud Zubaidi

Suami dari Bu Nyai Hj. Bidayah ini biasa akrab dengan sebutan Yai Mahmud terlahir dari pasangan Abdul Karim dan Siti Amirah, salah satu santri kinasih KH. Moch. Said pengasuh Pondok Ketapang, Malang. Sebelumnya juga pernah nyantri di Pondok Turen, Malang asuhan KH. Mahalli.

Semangat menuntut ilmunya terjaga, ditengah kesibukan merintis karier dan aksi-akasi sosial kemasarakatan. Yai Mahmud berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan pada Program Pascasarjana, Magister Studi Islam pada Universitas Islam Malang (Unisma) pada 5 Juni 2000.

Sabtu tanggal 18 Agustus 2018, bertepatan dengan kalender hijriyah 6 Dzulhijjah 1439 Yai Mahmud kundhur menuju kehariban Illahi. Kundurnya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang 2010-2014 tentu adalah sebuah kesedihan yang mendalam. Ulama, oleh Drs. H.M. Sanusi, Bupati Malang disebut sebagai aktor grass root telah meninggalkan kita semua. Tugas generasi sepeninggal Yai Mahmud adalah kemampuan untuk menyelami ilmu dan hikmah yang menjadi warisannya.

Ulama adalah garda terdepan dalam dakwah dan tarbiyah. Sebagai pewaris para Nabi, mereka mewariskan ilmu agama. Karena jejak dan kiprahnya tidak akan lekang oleh waktu. Bahkan, menjadi sebuah keniscayaan untuk terus terus menggali dan mengapresiasi sehingga menjadi sumber ilmu dan hikmah bagi generasi penerus.

Muharrik The Khayra Ummah Way

KH. Mahmud Zubaidi Semasa hidupnya, memiliki atensi besar pada dunia dakwah dan tarbiyah. Pun dunia politik, bisnis pernah digeluti. Capturing atas dedikasi dan semangat juangnya, adalah sosok sang muharrik.

Muharrik berasal dari kata: ‘ha ra ka’ yang bermakna gerak, bergerak. Kalau dimaknai secara bebas, muharrik adalah orang yang menggerakan atau penggerak, jadi muharrik adalah orang yang kerjanya mengatur dan menjadi motor yang menggerakkan.

Muharrik selalu menantang tugas dan tunggung jawab sebagai penggerak yang akan memberikan saran, cara dan teknik serta strategi aksi agar dapat mencapau tujuan gerakan atau organisasi yang menjadi ketetapan bersama.

Adalah menjadi suatu keharusan dan komitmen tinggi bahwa setiap muharrik menjadi role model. Demikian ini merujuk pada laku telu yang telah diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional, “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Apabila di depan memberi teladan, apabila di tengah memberi ilham (inspirasi), apabila di belakang memberi dorongan.

Diadopsi dari artikel tentang muharrik dan role model yang dimuat di jatman.or.id, ada tiga prinsip yang dimiliki seorang Muharrik.

Pertama, harus bisa terdepan menjadi uswah, suri teladan dalam segala aspek dan sepak terjangnya. Segala olah pikiran, ucapan dan tindakan selalu sejalan. Sehingga akan bisa menjadi contoh dan acuan bagi komunitas yang digerakkan. Muharrik senantiasa dirindukan kehadirannya dan banyak memberikan manfaat dalam setiap aksinya.

Kedua, sang muharrik tidak sekedar mrintah-mrintah, ‘omdo’, atau bossy. Namun turut terlibat dan ‘turun gunung’ secara guyub dalam ikhtiar bersama untuk mewujudkan apa yang menjadi cita kolektif.

Ketiga, sang muharrik menjadi inspirator, penyemangat dan motivator bagi orang-orang yang terhimpun dalam komunitasnya untuk terus bergerak. Terkadang ada hambatan dalam ikhtiar bersama untuk mewujudkan apa yang menjadi cita kolektif. Kehadiran sang muharrik yang bijak dalam menyikapi hambatan, permasalahan adalah bagian dari solutif. Fokus kapada solusi tanpa menyalahkan apapun dan siapapun. Menjadi motor penggerak problem solver, sehinga permasalahan dihadapi dengan hati gembira, solusi mudah didapatkan.

Suluh Nilai-nilai Juang KH. Mahmud Zubaidi
Suluh Nilai-nilai Juang KH. Mahmud Zubaidi

Disadur dari Buku Suluh Nila-nilai Juang KH. Mahmud Zubaidi pada Bagian Ketiga, The Khayra Ummah Way. Spiritualitas dalam konteks agama adalah spiritualitas religius, melibatkan rasa kedekatan dan hubungan yang sakral. Adanya rasa kedekatan dengan Tuhan atau kekuatan Yang Maha Tinggi. Inilah yang menjadi ruh esensial khayra ummah sebagai spiritualitas. Yang memiliki derivasi spiritualitas humanistik dengan resonansi suara kemanusiaan. Dan spiritualitas alam dengan spirit rasa syukur kepada Allah sebagai pencipta alam. Serta spiritualitas kosmis dengan merenungkan keagungan luasnya alam semesta.

Masih menurut buku yang disusun oleh Squad Uniranesia, dengan terjadinya dynamic interaction aspek spiritualitas dan aktivasi kerangka kerja multidimensional spiritual maka Khayra ummah adalah sebuah praktik spiritualitas dapat membuat orang menjadi religius dan menjadi bagian dari agama yang terorganisir. Karena gambaran dari pemikiran dan pemaknaan teologis yang menjadi landasan Gerakan dakwah dan tarbiyah KH. Mahmud Zubaidi adalah sebuah konstruk yang utuh terkait spiritualitas. Konstruk tersebut adalah spiritualitas religius yang integrated dengan spiritualitas humanistik, spiritualitas narutarilstik dan spiritualitas kosmik.

Spiritualitas adalah fungsi utama dan esensial dari agama. Oleh karena itu, spiritualitas dan religiousitas dapat (dan seringkali memang) terjadi secara bersamaan. Sejauh seseorang terlibat dalam spiritualitas yang menyebarkan nilai kemanfaatan umat yang dapat diidentifikasi dan tujuan spiritualnya mendapat dukungan dan validasi dari mayoritas umat itu, sehingga spiritualitas juga terjadi dengan religiousitas. Dan KH. Mahmud Zubaidi mengajarkan tentang hal tersebut, senantiasa aktivasi hidupnya hati.

Buku yang di-launching bersamaan dengan Dies Natalais Unira ke-9, menarasikan bahwa saat ini umat Islam telah memasuki lingkungan/dunia baru dan untuk menghadapinya membutuhkan kerangka berpikir yang juga baru, terbuka, berani, dan kreatif. Kerangka berpikir ini penulis menamainya sebagai konsep profetik KH. Mahmud Zubaidi, yaitu gagasan transformatik yang bersumber dari surat Al-Imran ayat 110 dan terakumalsi ke-dalam tiga dimensi: humanisasi (amar ma’ruf), liberasi (nahi munkar), dan transendensi (iman billah).

Humanisasi merupakan upaya memanusiakan manusia sesuai kodratnya, liberasi adalah upaya memberi perlindungan kepada yang lemah dan membebaskan manusia dari ketidakadilan strukturisasi sosial, sedangkan transendensi adalah upaya mengarahkan tujuan hidup manusia menjadi lebih bermakna (meaningful life) sesuai fitrah dan tuntunan agama. Kerangka transformatik inilah yang memungkinkan kita dapat merevitalisasi identitas umat dan menghidupkannya kembali dari kelesuan budaya dan intelektualnya.

Gagasan transformatik KH. Mahmud Zubaidi berdasar pada misi kerasulan Nabi tentang Islam sebagai rahmat. Konsep rahmat menyiratkan bahwa Islam yang utama adalah kemanusiaan yang adil, setara, terampil, dan mampu eksis dipermukaan. Sehingga penting adanya suatu sustainability kemanfaatan dan keberkahan. Inilah kunci untuk senantiasa bahagia. In ‘ahsantum ‘ahsantum li’anfusikum. Memberikan manfaat kepada orang lain sesungguhnya adalah upaya agar hati kita bahagia. Memang tidak bisa digambarkan, akan tetapi sungguh kebahagiaan itu akan terasa manakala seseorang bisa memberi manfaat untuk orang lain.

So, harus terus bergerak dan mengerakkan grafitasi kemanfaatan. KH. Mahmud Zubaidi Sang Muharrik The Khayra Ummah Way telah memberi suluh semasa hidupnya untuk terus bergerak dan menggerakkan. Inilah ilmu dan hikmah yang harus kita warisi bersama. Terima kasih untuk kyai sang penggerak, KH Mahmud Zubaidi, Al-Faatihah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *