Kiat-kiat Memperoleh Ilmu yang Bermanfaat ala Santri

JelajahPesantren.Com – Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diberikan kewenangan oleh Allah SWT menjadi Kholifah di muka bumi, misi ini bukanlah suatu tugas yang mudah untuk dikerjakan akan tetapi mempunyai konsekuensi besar serta harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Namun misi mulia tersebut akan menjadi ringan dan mudah jika manusia yang ditunjuk oleh Allah SWT untuk menjadi Kholifah di muka bumi ini mengikuti pedoman serta tuntutan yang telah ditetapkannya, salah satu pedoman tersebut adalah dengan “Ilmu”.

sourece: pinterest

Ilmu merupakan cahaya Allah SWT yang dapat menerangi langkah manusia dari kegelapan serta tipu daya Iblis yang senantiasa mengajak manusia untuk melakukan dosa. Ilmu ini banyak ragam corak dan macamnya, namun untuk memperoleh cahaya ilmu tersebut tidaklah semudah yang kita bayangkan banyak rintangan serta godaan yang menghalangi bahkan tidak sedikit yang akhirnya putus asa dikarenakan gagal untuk mendapatkannya.

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memberikan pengajaran, bimbingan, arahan serta tata cara bagaimana memperoleh cahaya Allah SWT tersebut melalui proses yang secara terus menurus berjalan dalam lingkungan pesantren itu sendiri. Dilembaga pendidikan yang bernama pesantren ini calon khalifah Allah SWT tersebut akan banyak mendapat hal baru, salah satunya yakni pengkaderan menjadi insan kamil yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Di antara syarat untuk memperoleh ilmu tersebut yaitu:

Pertama, An’niyat Ash-Sholihah (niat yang suci dan ikhlas). Niat di sini adalah niat untuk mencari rida Allah SWT dan menghilangkan kebodohan agar ilmu yang diperoleh dapat bermanfaat dan orang lain yang mempelajarinya bisa mengambil manfaat dari ilmunya. Jika seorang guru yang mengajar niatnya sudah salah (untuk mencari materi) jangan pernah berharap ilmu yang diajarkannya bisa bermanfaat untuk muridnya. Di akhirat kelak orang-orang seperti ini tidak akan pernah bisa mencium baunya surga.

Kedua, Ifra’ul Juhdi wat Thaqah (Mencurahkan segala kemampuan). Bersungguh-sungguh dalam meraih ilmu yang dipelajarinya, tidak ada kata libur dikarenakan ngaji/ sekolah libur. Namun hal seperti ini sudah banyak berubah dikarenakan arus globalisasi yang meracuni pikiran kita, kalau dulu orang berhasil dikarenakan niatnya ingin bisa ngaji sambil sekolah, tapi sekarang niatnya sekolah sambil ngaji jadi niatnya mengaji hanya untuk sampingan (pantas-pantasan). Dalam hal ini siapa yang salah? Jawabannya terserah yang menilai…..!

Ketiga, Adamul Haya’ dan Khibri (tidak malu dan sombong). Mengubur nilai-nilai egoisme atau nilai-nilai negatif yang ada dalam diri, karena semua yang negatif tersebut dapat meracuni jiwa dan menggantinya dengan nilai-nilai yang baik seperti tidak malu mengaji kumpul dengan santri, tidak sombong dikarenakan punya jabatan dsb.

Keempat, Takdimul Ustadz (Mengagungkan dan Menghormati Guru). Hormat kepada orang yang mengajarkan kita ilmu meskipun cuma 1 kata, dalam Islam tidak dikenal guru formal dan guru non-formal. Islam hanya mengenal ajaran, orang yang mengajar kamu adalah gurumu walaupun cuma 1 kata / 1 huruf. Nabi Muhammad SAW bersabda: “bersopan santunlah kamu kepada orang yang mengajarmu (gurumu)”.

Kelima, l-Amal bin Ilmi (Mengamalkan Ilmu yang Sudah Dipelajari). Jika ilmu sudah selesai dipelajari maka tugas selanjutnya adalah mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada masyarakat bila waktunya sudah tiba. Ilmu yang tidak diamalkan membahayakan bagi orang yang mempunyai ilmu dan beramal tanpa dilandasi ilmu adalah sesat (menyesatkan bagi yang beramal). Orang yang berilmu tapi tidak diamalkan maka tidak ubahnya seperti IBLIS yang pandai tapi tidak mengamalkan ilmunya.

Keenam, Manfa’atil Khalqi’ (Bermanfaat dan Berguna untuk Makhluk). Nabi Muhammad SAW di dalam salah satu Hadisnya bersabda: “Sebaik-baik Manusia adalah Orang yang Bermanfaat Untuk Orang Lainnya”. Baik di sini adalah baik secara menyeluruh baik itu ilmunya, harta, pikiran serta perjuangan dan cita-citanya. Sebelum mati peliharalah nama baik, karena nama baik adalah umur manusia yang kedua.

Itulah beberapa kiat serta tip ala santri yang bisa penulis sampaikan kepada para pembaca agar ilmu yang kita pelajari benar-benar bermanfaat fi dinni, wa dunya wal akhirat. Amin….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *