Ramadan sebagai Akses Berkecerdasan Finansial

JelajahPesantren.Com  Setiap kali Ramadan tiba kita bersuka cita menyambutnya, setidaknya pada awal-awal Ramadan. Musala, surau, masjid penuh sesak jamaah. Bahkan untuk mempersiapkan kehadiran Ramadan, setiap habis salat ataupun saat ‘pujian’ antara azan dan iqamah dilantunkan doa ketika memasuki bulan Syaban agar kita baligna fii Ramadan. Pengharapan agar menangi bulan Ramadan dan tentunya adanya persiapan sebelum hadirnya Ramadan.

Saking senangnya dalam penyambutan Ramadan, ragam tradisi muslim nusantara mengiringinya, misalnya megengan tradisi masyarakat Jawa Timur, dugderan tradisi masyarakat Semarang, perlon unggahan tradisi masyarakat Banyumas,  nyadran tradisi kirim doa kepada leluhur di jawa, malamang tradisi masyarakat Sumatera Barat, dandangan tradisi masyarakat Kudus, meugang tradisi masyarakat Aceh, jalur pacu tradisi masyarakat Riau, balimau tradisi masyarkat Padang, padusan tradisi masyarakat Jawa Tengah, nyorog tradisi masyarakat Betawi, mungahan tradisi masyarakat Sunda, dan tradisi-tradisinya lainnya.

Ramadan, ritual utamanya adalah puasa sebulan penuh. Karenanya dalam kalender Jawa, Ramadan disebut bulan poso (puasa). Ritual puasa sendiri merupakan bagian dari rukun Islam yang perintahnya termaktub pada QS. Al Baqarah [2] : 183 -185.

Dalam Al-Quran terma puasa, al-shaum atau a-shiyam dan yang seakarnya disebut sebanyak 14 kali, yang berarti menahan (mengendalikan) diri dari makan dan minum serta yang membatalkan pada waktu tertentu.

Ibnu Faris seorang pakar bahasa Arab, menyebut al-shaum yang terdiri dari huruf shad, waw, dan mim yang berarti “menahan dan diam pada suatu tempat”. Maka ihwal shaum al-shaim berarti menahan diri dari makanan, minuman, dan semua yang dilarang.

Sementara itu, Sayid Sabiq secara linguistik mengartikan al-shiyam berarti “menahan”. Pengertian ini merujuk pada QS. Maryam [19]: 26 yang berbunyi, “… sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa (menahan diri berbicara) untuk Tuhan yang Maha Pemurah.”

Pemaknaan puasa di atas, seirama dengan arti puasa secara syara, menahan diri dari segala yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari yang disertai dengan niat. Yang secara terminologis, berarti menahan diri dari makanan dan minuman serta semua yang dilarang.

Uniknya ibadah puasa ini adalah dilarangnya sesuatu  yang halal, tentunya apalagi yang haram. Dalam konteks puasa dhohir (selain batin), dilarangnya makan dan minum. Padahal makan dan minum (halal dan thoyib) adalah kebutuhan asasi makhluk, untuk asupan energi dan metabolisme tubuh.

Sebagai entitas makhluk sosial, manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan dan minum berkesempatan berbeda baik secara kuantitas dan kualitas. Ada manusia yang berkesempatan baik secara kuantitas dan kualitas, ada yang berkesempatan baik hanya secara kuantitas saja dan bahkan ada yang tidak berkesempatan baik secara kuantitas. Sehari hanya berkesempatan sekali atau bahkan sangat minim berkesempatan, sehari makan sehari berikutnya tidak. Intinya tidak berkesempatan secara baik memenuhi kebutuhan asasi akan makan dan minum.

Berkesempatan dan tidaknya terkait dengan kemampuan finansial seseorang, yang berkemampuan finansial baik tentu akan baik pula berkesempatan dalam pemenuhan akan kebutuhan asasi makan dan minum baik secara kuantitas dan kualitas dan sebaliknya.

Momentum puasa, orang yang berkemampuan finansial pun harus mengerem berkesempatan pemenuhan kebutuhan asasi tersebut. Menahan diri, karena  panggilan keimanan untuk meraih ketakwaan. Panggilan keimanan dan ketakwaan dalam berpuasa diharapkan dapat menstimulus individu-individu bersolidaritas kepada pihak yang kurang berkesempatan dalam memenuhi kebutuhan asasi. Inilah makna Ramadan sebagai akses berkecerdasan finansial.

Finansial atawa keuangan dalam hidup sama seperti aliran darah dalam tubuh. Apabila abai akan timbul permasalahan dalam kehidupan. Sehingga cara pandang dan kinerjanya diukur dengan proses aliran keuangan. Sebanyak apa pun uang yang dimiliki, jika tidak memiliki pilar-pilar yang kuat secara personalitas. Tentu kehidupan akan rapuh, dilanda oleh berbagai macam kenyataan yang tidak nyaman. Semua uang yang ditangan akan hilang, lenyap tak tentu rimbanya. Cara cerdas mendapatkan uang bukan hanya tentang cara cerdas mendapatkan uang, melainkan juga cara memiliki kematangan personalitas yang dalam membangun networking seseorang. Demikianlah kata kunci kecerdasan finansial.

Ada berbagai macam kecerdasan yang sebenarnya diperlukan selain kecerdasan yang biasa diukur di sekolah, misalnya seperti SQ (Spiritual Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan termasuk juga kecerdasan finansial atau Financial IQ.

Robert Kiyosaki dalam bukunya, Rich Dad’s Guide To Increase Your Financial IQ berargumen bahwa ada 5 kecerdasan yang diperlukan agar seseorang bisa sukses secara dalam meraih kecerdasan keuangan: Pertama, Tahu Bagaimana Mendapatkan Uang. Robert mengatakan bahwa ini tidak sekadar bahwa kita harus belajar bagaimana menjadi seorang pengusaha, atau bagaimana cara menjual. Increase Your Financial IQ mengatakan bahwa harus tahu apa passion atau istilahnya “lentera hati” seseorang. Untuk menjadi pribadi yang cerdas tidak harus copy paste cara orang lain yang sukses secara finansial.

Kedua, Tahu Bagaimana Melindungi atau Menjaga Uang. Tentu saja menjaga harta yang sudah dimiliki saat ini juga penting. Melindungi kekayaan bisa dilakukan di antaranya adalah dengan menghindari penasihat keuangan yang buruk dan juga menjadi mitra untuk berbagai bisnis atau produk yang bisa membuat seseorang semakin kaya.

Ketiga, Tahu Bagaimana Membuat Budget. Agar bisa sukses finansial, harus memiliki surplus budget. Caranya adalah dengan membuat sebuah surplus, kelebihan sebagai pengeluaran. Artinya, kita harus memprioritaskan untuk membayar diri sendiri (menabung, investasi, sedekah, termasuk zakat dan wakaf), bukannya membayar orang lain dahulu (tagihan). Berikut adalah beberapa pengeluaran yang bisa membuat kita kaya: Donasi kepada lembaga amal (termasuk sedekah, zakat dan wakaf); tabungan; membeli buku tentang investasi, motivasi, pengembangan diri; membeli tiket seminar; pegeluaran investasi; dan lainnya

Keempat, Tahu Bagaimana Menggunakan Daya Ungkit (Leverage). Artinya adalah bahwa kita harus tahu bagaimana caranya mendapatkan uang lebih banyak dengan usaha yang lebih sedikit.

Untuk bisa melakukannya, diperlukan daya ungkit (leverage), termasuk hutang baik (OPM – other people’s money) dan juga berbagai kecerdasan finansial lain yang dibahas disini (mendapatkan lebih banyak uang, menjaga harta, membuat budget, dan informasi keuangan).

Kelima, Tahu Bagaimana Meningkatkan Informasi Finansial. Tidak perlu punya uang untuk bisa mendapatkan uang. Dalam Conspiracy of the Rich, diungkapkan “knowledge is the new money”. Sekarang ini, pengetahuan adalah uang.  Apa yang diperlukan sebenarnya adalah informasi yang tepat. Ini juga termasuk mengetahui berbagai tren seperti misalnya tren harga emas, sehingga bisa mengetahui kapan membeli dan kapan menjual. Atau bagi seseorang yang paham tentang saham.

Dari kelima kecerdasan finansial di atas, poin ketiga pas dengan pemaknaan puasa untuk semangat berbagi, berdonasi. Pertempaan puasa mendorong pribadi-pribadi yang solidaritas dan berbagi ke sesama, yang tidak berkesempatan baik dalam pemenuhan kebutuhan asasi. Ya menjadi pribadi dermawan.

Pribadi yang dermawan adalah salah satu bentuk takwa yang melekat pada perintah puasa, pribadi yang dekat dengan Allah SWT, dengan surga-Nya, dan dekat dengan sesama (cerdas sosial). Pribadi yang ber-hablun minalloh dan hablun minanas. Dari Abu Hurairah Ra. Kerkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia dan jauh dari neraka. Dan orang bakhil jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat dengan neraka.” (HR. Tirmidzi).

Ramadan tinggal beberapa hari lagi, dan akan memasuki Syawal, semoga sedari awal Syawal dan selanjutnya, kita mendapatkan akses berkecerdasan finansial. Pribadi yang dermawan, aamiin. Akhirnya, Wallahu a’lamu bi al-shawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *