Refleksi Napak Tilas Ziarah Makam Aulia dan Orang Salih

JelajahPesantren.Com –  Makam para aulia’ dan orang-orang salih seakan tidak pernah mengalami masa sepi dari peziarah. Bahkan pada bulan-bulan tertentu mengalami puncak penuh sesak peziarah dari simpul-simpul dan jauh dari lokasi makam. Masa penuh sesak biasanya berdekatan dengan haul sang aulia’ atau bulan-bulan mendekati kedatangan bulan suci ramadhan.

Fenomena tersebut direspon secara cerdas oleh Pemda-pemda setempat. Karenanya akses dan lokasi sekitar makam dipersolek untuk menyambut peziarah. Ada demonstration effect sosial ekonomi masyarakat sekitar makam. Subtantif religiusitas, ziarah makam para Aulia atau orang salih merupakan sarana untuk muhasabah dalam arti instropeksi diri dalam upaya meningkatkan progresifitas amal ibadah dan taqorrub kepada Alloh swt hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan sahabat Abu Bakar as Siddiq ra. bahwa:

من دخل القبر بلا زاد فكانما ركب البحر بلا سفينة

(Barangsiapa masuk ke dalam kubur-Mati, tanpa amal kebaikan maka sesungguhnya seperti halnya orang yang berada ditengah samudra tanpa kendaraan (perahu). Baginda rasul Muhammad saw. juga menyampaikan dalam haditsnya :

خيركم من طال عمره وحسن عمله

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang panjang umurnya dan baik budi pekertinya, amal perbuatannya”. (HR. Bukhari)

Ziarah makam Aulia dan orang saleh juga sebagai sarana untuk bertawassul (perantara).

Tawassul kepada Nabi, para sahabat dan orang-orang saleh adalah salah satu cara atau perantara agar ketika kita berdoa cepat diijabah oleh Allah swt. Seperti dalam firman Allah swt. QS. Al Maidah : 35

ياايهاالذين امنوااتقواالله وابتغوااليه الوسيلة وجاهدوافي سبيله لعلكم تفلحون ( المائدة 35 )

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah swt., dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (QS. Al Maidah [5]: 35 ).

Hadis Nabi dari sahabat Anas ra. :

عن انس بن مالك ان عمر بن الخطاب ر.ع  كان اذاقحطوا استسقى بالعباس بن عبد المطلب فقال اللهم انا كنا نتوسل اليك بنبينا فتسقينا وانا نتوسل اليك بعم نبينا فاسقنا قال فيسقون ( رواه البخارى )

Dari sahabat Anas ra. Ia mengatakan bawah pada masa Umar bin Khottob pernah terjadi musim paceklik. Ketika melakukan salat istisqa’ Umar bertawassul kepada paman Rasulullah saw., Abbas bin Abdul Mutholib: ya Allah dulu kami mohon kepada-Mu dengan wasilah (perantara) Nabi-Mu dan Engkau menurunkan hujan kepada kami, sekarang kami mohon kepada-Mu dengan tawassul (perantara) paman Nabi-Mu, turunkanlah hujan kepada kami. Allah swt. pun segera menurunkan hujan kepada mereka.( HR. al Bukhori ).

Selain ziarah makam para Aulia’ sebagai sarana muhasabah, sekaligus tawassul, juga sarana tadabbur dalam arti merenung untuk mengambil pelajaran dari sisi historis perjuangan para Aulia’ dalam memperjuangkan agama tauhid sekaligus meneladani terhadap semangat, konsistensi dan keistiqomahan beliau dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah swt. dan dakwah Islamiyah di tengah-tengah masyarakat yang majemuk dan heterogen baik dari sisi keyakinan, budaya, maupun sosial. Rasulullah saw. pernah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Baihaqi dari al Waqidi :

عن الواقدى قال : كان النبي صم يزور شهاداء احد في كل حول واذابلغ رفع صوته فيقول : سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار. ثم ابوبكر يفعل مثل ذالك ثم عمر ثم عثمان ( رواه البيهاقى )

Al Waqidi berkata bahwa Nabi Muhammad saw. berziarah ke makam para syuhada’ Uhud pada setiap tahun, apabila telah sampai di makam syuhada’ uhud beliau mengeraskan suaranya seraya berdoa : keselamatan bagimu wahai ahli uhud dengan kesabaran-kesabaran yang telah kalian perbuat, sungguh akhirat adalah sebaik- baik tempat kembali. Kemudian sahabat Abu Bakar melakukan hal seperti itu, kemudian Umar dan dilanjutkan oleh sahabat Utsman (HR. Baihaqi).

Dari uraian singkat ini jelaslah bahwa bertawassul melalui ziarah makam para wali-wali Allah swt. adalah suatu perbuatan yang juga diajarkan oleh Rasulullah saw. yang mengandung minimal tiga faedah.

Pertama adalah sebagai sarana Muhasabah (instropeksi) diri, pengingat jikalau semua makhluk akan menemui ajal kematian. Karenanya perlu sangu untuk menuju kematian; kedua, tawassul (perantara) untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.; dan yang ketiga, Tadabbur meneladani kegigihan perjuangan dan keistiqomahan para Auliaillah dalam mendakwahkan ajaran agama Islam.

Semoga catatan singkat ini bias memberikan manfaat yang seluas-luasnya kepada kita dan segala hajat kita senantiasa diijabah oleh Allah swt. Amiin Yarabbal Alamiin. Berkenaan dengan tuduhan-tuduhan negatif terkait ziarah, malahan ini harus dipandang sebagai energi positif untuk semakin gandrung akan aktivitas ziarah. Akhirnya, Wallohu A’lambishshawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *