Sosok dan Pembelajaran Unik Gus Kelik Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta (Bagian 1)

JelajahPesantren.Com – Nama asli beliau adalah Gus Rifqi Ali, tetapi lebih akrab dengan panggilan Gus Kelik. Beliau merupakan salah satu putra K.H. Ali Maksum pengasuh kedua Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Setiap orang yang pernah nyantri di Krapyak dan menangi beliau, pasti mengenal sosok yang satu ini. Banyak kesan, asumsi ataupun perspektif yang berbeda terhadap diri beliau, karena memang tingkah beliau yang aneh dan terkadang tidak masuk akal. Tetapi sebenarnya banyak pembelajaran yang bisa jadi ingin beliau berikan kepada santri meskipun dengan cara yang berbeda.

Gus Kelik Krapyak

Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi penulis saat-saat bersama beliau. Tentunya saat beliau belum wafat dan penulis sendiri masih nyantri di Krapyak. Sungguh kebanggaan luar biasa bagi penulis ketika sering diajak Gus Kelik keluar dan diberi banyak pelajaran oleh beliau, meskipun tidak semua pembelajaran yang beliau berikan dapat dicerna penulis.

Suatu malam di bulan Ramadlan, sebagaimana umumnya kebiasaan santri, seusai tadarus Al-Quran, kami bersama teman-teman asyik ngobrol di depan asrama kompleks Sunan Kudus (nama salah satu kompleks kecil bagian dari kompleks H). Seingat penulis kisaran  jam 24.00 WIB. Tiba-tiba Gus Kelik muncul dan mendekati penulis seraya berkata (dalam bahasa jawa) :

Gus Kelik        : ”Rom ,,, Ayo milok aku (Rom ,,,,, Ayo ikut saya)”

Penulis             : ”Teng pundi Gus ? (Kemana Gus ?)”

Gus Kelik        : ”Wes talah, pokok e milok (Wes tah, pokoknya ikut)”

Karena penasaran dan agak ragu ke mana tujuan Gus Kelik malam-malam, penulis berkata:

Penulis             : ”Boten Gus …. Teng pundi riyen ? (Tidak gus ….. ke mana dulu ?)”

Dengan gayanya yang khas, kayak orang sedang marah, Gus Kelik berkata:

Gus Kelik        : ”Nang omahe wong nok Imogiri (Ke rumah orang di Imogiri)”

Karena terdorong perasaan malas dan tidak masuk akal, malam-malam kok mau keluar, penulis mencoba mencari alasan :

Penulis             : ”Gus ….. niki pon dalu wancine tiang istirahat, peling tiangi pon tilem (Gus ….. ini sudah malam waktunya orang istirahat, paling orangnya sudah tidur)”

Namun apa jawaban beliau, dengan tegas tanpa keraguan beliau berkata :

Gus Kelik        : “Ora … ora ….. wongi dorong turu kok (Tidak … tidak …. Orangnya belum tidur kok)”

Padahal saat itu teknologi belum secanggih seperti sekarang, HP belum ada, pesawat telepon jarang-jarang orang punya. Sehingga mustahil jika Gus Kelik menghubunginya lebih dulu.

Akhirnya dengan perasaan malas dan sedikit kesal, penulis menuruti ajakan Gus Kelik. Diajak pula dua orang santri, sehingga saat itu kami berempat dengan membawa dua sepeda motor. Penulis dibonceng Gus Kelik dan kedua teman penulis membawa sepeda motor sendiri. Di tengah kegelapan malam dan dengan melawan rasa dingin yang menusuk tulang, kami berempat menelusuri jalan yang sepi menuju Imogiri. Kami para santri sebenarnya tidak mengetahui siapa yang dituju Gus Kelik di Imogiri.

 

Setelah sekitar satu setengah jam melakukan perjalanan, di kisaran jam dua malam, sampailah kami di Imogiri. Jalan berkelok di Imogiri kami lewati. Anehnya Gus Kelik seperti sudah sangat hafal arah jalan yang kami lalui. Penulis tidak tahu persis tepatnya di daerah mana, karena baru sekali itu saja penulis ke daerah Imogiri. Di suatu tempat, ada sebuah bangunan kecil, mirip pos ronda, ada orang sedang duduk di situ. Melihat rombongan kecil kami, orang itu berdiri dan tertawa dengan ramah kepada kami seraya berkata :

”Monggo Gus teng griyo (Mari Gus ke rumah)”

Ternyata rumah orang itu persis berada di belakang pos ronda tersebut. Penulis masih ingat, saat itu Gus Kelik sempat berbisik kepada penulis :

”Bener kan dorong turu (Betul kan belum tidur)”

Kami mengikuti orang tadi menuju sebuah rumah yang lumayan besar. Penyambutan yang penuh keramahan dan suguhan yang luar biasa. Ternyata orang tersebut ahli terapi gurah, banyak orang luar daerah yang bergurah ke daerah Imogiri, bahkan kabarnya penyanyi-penyanyi dari Jakarta sering bergurah ke Imogiri. Entah mitos atau kenyataan, di daerah Imogiri ada sejenis tumbuhan yang akarnya bisa dijadikan media terapi gurah, dengan dicampur ramuan lain. Anehnya orang yang digurah tidak akan merasakan sakit sama sekali. Tetapi apabila akar tersebut dibawa ke luar daerah Imogiri, maka khasiatnya akan hilang. Keterangan yang didapat penulis, itu semua karena barokah dari Sultan Agung, ceritanya panjang yang berkaitan dengan laku spiritual Sultan Agung.

Dengan tertawa dan gaya humornya, Gus Kelik Berkata kepada orang tersebut :

Gus Kelik              : “Cah-cah iki guraen, cek ngerasakno loro (anak-anak ini digurah saja, biar merasakan sakit)”

Tuan rumah           : “Enjeh Gus, kersani kelaran geh Gus (Iya Gus, Biar kesakitan ya Gus)”

Kami dibawa ke sebuah ruangan, ternyata di dalamnya banyak tempat tidur layaknya klinik atau puskesmas, rupanya memang khusus disediakan untuk orang-orang yang akan terapi gurah. Kami bertiga disuruh berbaring pada tempat tidur sendiri-sendiri. Dengan alat suntikan tanpa jarum, hidung kami diisi cairan oleh orang tersebut. Kemudian kami disuruh tengkurap. Tanpa rasa sakit sedikit pun, dari mulut dan hidung kami keluar lendir dan dibuang pada tempat khusus yang disediakan di bawah tempat tidur.

Sambil tertawa dan dengan gaya mengejek, Gus Kelik berkata pada kami :

“Kapok …….. Kapok …. Ayo ….. kapok”

Kami hanya terdiam dan terus tengkurap sampai tuntas lendir yang keluar dari mulut dan hidung kami.

Setelah selesai, kami keluar, ternyata di meja depan sudah tersedia empat bungkus nasi goreng dan peralatan makan yang lengkap. Kami dipersilahkan makan. Setelah itu kami berpamitan. Singkat cerita, kami sampai di pondok sekitar waktu subuh.

Setelah penulis renungkan, ternyata pembelajaran yang diberikan Gus Kelik dari cerita di atas adalah bukti bahwa silaturahmi akan mendatangkan rezeki. Orang yang sering silaturahmi pada keluarga ataupun teman, maka Insya’Alloh Allah SWT akan memudahkan rezekinya, tentunya harus dilakukan dengan keikhlasan dan tanpa pamrih apa pun.

Wallahu a’lamu bi al-shawab.

Teruntuk Almarhum Gus Kelik ……. Al-Fatihah ……

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *