Syaikh Syadi

Turots sebagai Warisan Terbesar Umat Islam

Malang, JelajahPesantren.Com The 4th International Workshop and Call for Paper on Islam Nusantara Research Methodology yang digagas oleh Asosiasi Penulis-Peneliti Islam Nusantara Indonesia (ASPIRASI) – PW LTN NU Jawa Timur digelar di Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Malang, pada Jumat-Minggu (18-20 November 2022).

Acara kolaborasi antara ASPIRASI, Pasca Sarjana Unira dan Pusat Pengembangan Masyarakat Pesantren (P2MP) ini mengambil tema “Menggali Kearifan Masa Lalu, Mengukir Jalan Kebangkitan Kedua: Sejarah sebagai Peta Jalan Peradaban Nusantara”.

Studium General dihelat sebagai rangkaian acara tersebut menghadirkan Syaikh Dr. Muhammad Syadi Musthofa Arbasy Ad-Dimasyqi (Muhaqqiq Turots & Majmah al-Fath al-Islamy Suriah) dengan tema Literasi dan Kajian Manuskrip di Dunia Islam.

Syaikh Syadi
Syaikh Syadi dalam Studium General di Unira Malang, 19 November 2022

Syaikh Dr. Muhammad Syadi Musthofa Arbasy Ad-Dimasyqi dalam paparannya banyak mengupas tentang keberadaan turots. Kata turats sendiri dalam bahasa Arab berarti warisan, maksudnya adalah buku-buku warisan atau peninggalan ulama-ulama klasik, zaman dahulu.  

“Tentu warisan terbesar umat ini adalah karya tulis ataupun hasil pemikiran ataupun hasil nalar orang-orang terdahulu. Ini adalah karya warisan terbesar yang dimiliki oleh umat Islam saat ini betapa banyak manskrip yang sampai sekarang masih belum ditemukan,” tutur Syaikh Syadi.

betapa banyak manusia yang sampai sekarang masih belum ditakdik ataupun ditemukan sehingga membutuhkan upaya yang lebih bagi generasi saat ini

Masih menurut Syaikh Syadi bahwa makna-makna yang terkandung di dalam manuskrip ini sendiri sangatlah berharga Oleh karena itu ini adalah tanggung jawab yang amat besar yang harus menjadi tanggung jawab kita bersama. Yaitu menjaga maksud atau senantiasa melestarikan manuskrip itu sendiri karena ini adalah warisan terbesar umat Islam saat ini.

Dan solusinya adalah satu. Yaitu senantiasa membangkitkan diri untuk mempelajari manuskrip. Yang terjadi adalah terkadang pemikiran-pemikiran yang tertuang dalam manuskrip tersebut (yang belum ditemukan) dikalahkan oleh adat kebiasaan orang sekarang. Padahal di manuskrip tersebut (setelah ditemukan) dijelaskan bahwasanya hal tersebut bertentangan dengan hukum Islam itu sendiri.

“Kejadian tersebut kerap terjadi di dunia Islam, dimana kebiasaan adat-istiadat yang ternyata bertentangan dengan isi manuskrip, karena tahunya setelah manuskrip baru ditemukan dan adat-istiadat sudah terlanjur menjadi kebiasaan masyrakat. Oleh karena itu, kita berkumpul harus dengan mempunyai tujuan satu dan memusatkan tujuan pada satu tujuan yaitu senantiasa memperhatikan manuskrip hasil pemikiran ataupun hasil nalar orang-orang terdahulu, pustaka-pustaka kita,” imbuh Syaikh Syadi.

Ulama-ulama terdahulu mempelajari, menulis dan senantiasa memunculkan ide-ide kreatif yang cemerlang. Pemikiran-pemikiran yang cemerlang yang disalurkan melalui buku-buku mereka, mulai dari matan, sarah, hasyiyah dan seterusnya.

“Kesemuanya adalah anugerah terbesar umat Islam, ilmu pengetahuan ini sendiri banyak sekali yang telah dibahas oleh ulama-ulama terdahulu. Entah masalah Alquran atau Ulumul Quran atau matematika atau ilmu pengetahuan tentang kedokteran dan ilmu pengetahuan tentang humaniora dan sebagainya semuanya telah dibahas oleh ulama-ulama terdahulu,” imbuh Syaikh berkebangsaan Suriah ini.

Lantas siapa sebenarnya Syeikh Syadi ini?

Beliau adalah ulama besar yang berasal dari Damaskus, Syiria Syeikh Syadi Mustafa Arbasy atau kami lebih mengenalnya dengan panggilan Syeikh Syadi, salah satu seorang Dosen bidang Fiqh dan Ushul fiqh di Sekolah Tinggi Imam Asy-Syafii Cianjur-Jawa Barat.

Mengupas sedikit profile beliau, pepatah yang sering disampaikan di kala proses pengajaran “time is money“, atau imam Al Ghazali mengatakan “waktumu adalah umurmu, dan umurmu adalah modal utama atas kebahagiaan abadi disisi Allah SWT”. Begitu pula yang dilakukan beliau dalam mengisi waktu luangnya tak pernah terbuang sia-sia tanpa manfaat, digunakan waktu tersebut untuk membaca, muthalaah kitab-kitab.

Berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa muridnya, Beliau berkata, “Jarak antara rumah beliau dengan tempat beliau menimba ilmu (Ma’had Al Fath Al Islami yang didirikan oleh Syaih Muhammad Sholih Al Furfur) yg cukup jauh sehingga beliau tempuh dengan menaiki bus, saat dalam perjalanan tersebut beliau manfaatkan dengan membaca hingga jika dihitung entah beberapa ratus kitab khatam dibaca selama awal sampai selesai studi strata 1.

Kebiasaan tersebut dibawa hingga ke Indonesia sampai-sampai untuk antri berobat di RS Cianjur beliau manfaatkan masa tunggu panggilan untuk membaca.

Sekarang, Syeikh Syadi adalah dosen yang telah mengabdi kurang lebih 11 tahun hingga saat ini di STAI Imam Syafi’i Cianjur, disamping mengajar beliau juga dikenal sebagai pentahqiq sejak kurang lebihnya tahun 2005, dan beliau termasuk salah satu dari 11 pentahqiq kitab Ihya’ Ulumiddin di sebuah percetakan kitab turast ternama di Jeddah yang bernama Dar Al Minhaj.

Selain dari kitab ihya Ulumuddin karya imam Al-Ghazali, juga ada beberapa kitab lain yg beliau tahqiq, baik karya ulama besar dunia, maupun ulama Nusantara. Seperti: Kitab Hasyiyah at Farmasi 8 jilid, kitab karya KH.Muhammad Mahfudz bin Abdullah, Tremas Pacitan; Kitab Kifayat Al Akhyar, karya Imam Taqiyyudin Al-Hisni; Kitab At tajwid ash Sharih, karya Imam Al-Murtadha Az Zabidi; Kitab At-Tibyan karya Imam an Nawawi.

Disamping itu, Syeikh Muhammad Syadi juga tercatat beberapa kali telah mengadakan Dauroh Tahqiq, yang dihadiri berbagai peserta perwakilan pondok pesantren lawas, salaf. Dauroh tersebut bertujuan untuk menggugah para calon-calon pentahqiq agar lebih sportif dan handal, sehingga hasil tahqiqan nya bisa dinikmati para pembaca, ulama Nusantara bahkan ulama Timur Tengah.

Terkait sanad kitab, beliau berkaitan dengan kitab ulama Nusantara dari Syaikh Hasan Hito, sedangkan Syaih Hasan Hito langsung iltiqo’ dengan Syaikh Yasin Al Fadani.

Dalam kesempatan ini, Dr. Abdur Rofiq, Kaprodi PAI (S2) mengatakan bahwa Studium General ini adalah bagian dari rangkaian Workshop Islam Nusantara, berharap ini sebagai ikhtiar bersama Pascasarjana Unira Malang dalam membangun jejaring peneliti dan penulis yang concern pada kajian Islam Nusantara berbasis pada manuskrip.

“Ikhtiar dalam Mengkonsolidir para intelektual untuk membuat gerakan bersama dalam membendung Islam radikal melalui spirit literasi Islam Nusantara berbasis manuskrip kuno.” pungkas Rofiq.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *